For Indonesia To Share News/software/music/Pc games

Post Top Ad

Daftar kecelakaan pesawat penumpang di Indonesia

(1995) Merpati Nusantara Airlines Penerbangan 6715 


Merupakan sebuah penerbangan terjadwal oleh Merpati Nusantara Airlines dari Bima menuju Ruteng. Pesawat tersebut hilang di dekat pulau Flores.
Kecelakaan tersebut menewaskan seluruh penumpang dan awaknya yang berjumlah 14 orang.
  

(1997) Garuda Indonesia Penerbangan 152


Garuda Indonesia Penerbangan GA 152 adalah sebuah pesawat Airbus A300-B4 yang jatuh di Desa Buah Nabar, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, Indonesia (sekitar 32 km dari bandara dan 45 km dari kota Medan) saat hendak mendarat di Bandara Polonia Medan pada 26 September 1997. Kecelakaan ini menewaskan seluruh penumpangnya yang berjumlah 222 orang dan 12 awak dan hingga kini merupakan kecelakaan pesawat terbesar dalam sejarah Indonesia. Kecelakaan ini berjenis CFIT (Controlled flight into terrain; bahasa Indonesia: Penerbangan Terkendali Menuju Daratan) dimana sebuah pesawat yang laik terbang dan memiliki kru yang terlatih tanpa sengaja jatuh ke tanah, pegunungan, atau perairan). Pilot umumnya tidak menyadari bahaya di depan hingga semuanya terlambat.Pesawat tersebut sedang dalam perjalanan dari Jakarta ke Medan dan telah bersiap untuk mendarat. Menara pengawas Bandara Polonia kehilangan hubungan dengan pesawat sekitar pukul 13.30 WIB. Saat terjadinya peristiwa tersebut, kota Medan sedang diselimuti asap tebal dari kebakaran hutan. Ketebalan asap menyebabkan jangkauan pandang pilot sangat terbatas dan cuma mengandalkan tuntunan dari menara kontrol Polonia, namun kesalahmengertian komunikasi antara menara kontrol dengan pilot menyebabkan pesawat mengambil arah yang salah dan menabrak tebing gunung. Pesawat tersebut meledak dan terbakar, menewaskan seluruh penumpang dan awaknya.Dari seluruh korban tewas, ada 44 mayat korban yang tidak bisa dikenali yang selanjutnya dimakamkan di Monumen Membramo, Medan. Di antara korban jiwa, selain warga Indonesia, tercatat pula penumpang berkewarganegaraan Amerika Serikat, Belanda dan Jepang.

 

(2002) Garuda Indonesia Penerbangan 421


Pada 16 Januari 2002, sekitar 0920 UTC, Garuda Indonesia Airlines dengan nomor penerbangan 421, sebuah Boeing 737-300 dengan registrasi PK-GWA menggunakan dua mesin turbofan CFM56-3B1 , mengalami dual-engine flameout (power loss) dalam pendekatan menuju kota Yogyakarta di pulau Jawa, Indonesia. Setelah mencoba beberapa kali untuk menghidupkan mesin, kru pesawat melakukan pnedaratan darurat di sungai Bengawan Solo dekat deangan kota Solo di pulau Jawa. Dari total 60 orang di atas pesawat, satu awak kabin tewas dan 12 penumpang mengalami luka fatal dan 10 penumpang mengalami luka ringan.Garuda 421 terbang dari pulau Lombok di Indonesia sekitar pukul 08.00 UTC. Menurut informasi yang didapat selama penyelidikan , tinggal landas, climb dan cruise selama penerbangan dilaporkan cerah. Pilot melaporkan saat descent awal dari ketinggian (FL) 310 (kurang lebih 31,000 kaki), mereka memutuskan untuk mengambil rute lain karena mereka melihat ada nya badai dalam rute perjalanan yang sudah direncanakan. Badai ini terlihat dari radar cuaca di dalam pesawat.Analisis dari data penerbangan digital (DFDR) dan gambar yang diperoleh dari satelit NOAA-12 menunjukan bawa penerbangan telah memasuki badai sewwaktu kru pesawat memulai untuk merubah rute dari rute normal menuju Yogyakarta. Data satelit menunjukan pesawat memasuki daerah dengan cuaca buruk sekitar 0918 UTC. Cuaca sangat buruk dan badai juga terakam dalam rekaman percakapan di dalam kokpit (CVR) . Data dari pencitraan satelit, CVR dan DFDR serta pernyataan pilot menunjukan sebelum pesawat memasuki kawasan badai, pesawat menuju selatan dan terbang menuju ke celah anatara dua badai. Pilot melaporkan bahwa mereka mencoba terbang di celah antara dua badai yang dapat dilihat dari radar cuaca pesawat. Setelah 90 detik memasuki badai, kedua mesin pesawat mati, CVR dan DFDR berhenti merekam karena kehilangan listrik dari generator yang berada di kedua mesin pesawat. Pilot mencoba tiga kali menghidupkan kembali mesin pesawat namun gagal dan memutuskan untuk melakukan pendaratan darurat di sungai Bengawan Solo.

 

(2004) Lion Air Penerbangan 538


Pada 30 November 2004, pesawat MD-82 milik Lion Air dengan kode penerbangan JT 538 tergelincir saat melakukan pendaratan di Bandara Adisumarmo di Solo dan menewaskan 26 orang. Pesawat tersebut lepas landas dari Jakarta dengan tujuan Surabaya (transit di Solo) pada pukul 17.00 WIB sambil membawa 146 penumpang. Menurut penuturan salah seorang penumpang, cuaca pada saat keberangkatan sudah buruk karena adanya hujan besar disertai petir. Saat pendaratan pada sekitar pukul 18.15 WIB, menurutnya, pesawat terasa seperti tidak dapat dihentikan dan akhirnya masuk ke sawah di bandara sebelum akhirnya berhenti di dekat kuburan.Pesawat tersebut patah di tengah, tepatnya di bagian tulisan 'Lion' pada badan pesawat.Beberapa pengurus NU, termasuk Ketua Komisi VIII DPR, KH Yunus Muhammad, juga termasuk penumpang yang meninggal.Berdasarkan hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), penyebab kecelakaan adalah karena landasan pacu yang tergenang air atau peristiwa yang dikenal sebagai hydroplanning sehingga pesawat tergelincir dan tidak dapat dikendalikan dan mengalami overshoot/overrun (meluncur keluar landasan). Keadaan ini juga diakibatkan kesalahan pilot yang tidak mengikuti prosedur mendarat (seperti mengaktifkan spoiler).

 

(2005) Mandala Airlines Penerbangan RI 091


Mandala Airlines Penerbangan RI 091 merupakan sebuah pesawat Boeing 737-200 milik Mandala Airlines yang jatuh di kawasan Padang Bulan, Medan, Indonesia pada 5 September 2005. Kecelakaan ini terjadi saat pesawat sedang lepas landas dari Bandara Polonia Medan.Pesawat tersebut menerbangi jurusan Medan-Jakarta dan mengangkut 117 orang (112 penumpang dan 5 awak). Penumpang yang selamat berjumlah 16 orang dan 44 orang di darat turut menjadi korban.

Kronologi

Kecelakaan terjadi pada sekitar pukul 09.40 WIB saat pesawat sedang lepas landas. Pesawat tersebut lepas landas dalam posisi yang tidak sempurna dan lalu menabrak tiang listrik sebelum jatuh ke jalan dan menimpa rumah warga yang terletak hanya sekitar 100 meter dari bandara.Setelah jatuh, pesawat meledak beberapa kali dan terbakar sehingga hancur hampir sepenuhnya, menyisakan ekor pesawat bertuliskan PK-RIM. Sebanyak lima rumah warga yang tertimpa badan pesawat juga terbakar.Menurut kesaksian seorang penumpang yang selamat, pesawat baru saja lepas landas dan tiba-tiba oleng ke kiri lalu mulailah api menjalar. Namun ada pula yang menyatakan bahwa pesawat tersebut sulit lepas landas karena kelebihan beban buah durian bawaan gubernur Tengku Rizal Nurdin seberat 2 ton.Kobaran api selain menghanguskan pesawat juga menghanguskan puluhan rumah dan kendaran bermotor. Api yang terus menyala menyulitkan usaha penyelamatan jenazah dari bangkai pesawat dan kondisi di sekitar lokasi pun padat oleh penduduk yang penasaran.
   

Kondisi pesawat dan penumpang

Pesawat Boeing 737-200 yang jatuh merupakan buatan tahun 1981, pertama kali terbang untuk maskapai nasional Jerman, Lufthansa, dan telah dinyatakan laik terbang hingga tahun 2016.
Dari 117 orang dalam pesawat, 112 di antaranya adalah penumpang (109 dewasa dan tiga bayi) dan lima orang awak. 16 penumpang dinyatakan selamat dan semuanya duduk di bagian belakang. Di antara korban kecelakaan yang meninggal dunia termasuk Gubernur Sumatra Utara Tengku Rizal Nurdin yang rencananya akan bertemu Presiden serta mantan Gubernur Sumatra Utara Raja Inal Siregar. Terdapat pula dua penumpang berkewarganegaraan RRC, seorang berkewarganegaraan Jepang dan seorang warga Malaysia. Selain penumpang pesawat, juga terdapat 44 korban jiwa di darat yang merupakan penduduk setempat.
  

Sebab dan pasca kejadian

Penelitian awal yang dilakukan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dengan tim investigasi National Transportation Safety Board dari Amerika Serikat menemukan bahwa terdapat kerusakan yang menyebabkan salah satu mesin pesawat tersebut tidak bertenaga. Namun, masih diselidiki apakah kondisi tersebut telah ada sebelum atau sesudah pesawat terempas dan meledak.Selain itu, beberapa hari setelah kejadian, muncul laporan yang menyebutkan bahwa pesawat tersebut membawa kargo berupa durian yang berbobot 2 ton, sehingga hampir mencapai batas berat maksimum yang mampu diangkut pesawat. Dari foto-foto lokasi kejadian yang muncul di detikCom, memang terlihat buah-buah durian berserakan di sekitar puing-puing pesawat.Dalam hitungan hari setelah musibah ini, ada pula beberapa kejadian kecelakaan pesawat yang kecil namun tidak menyebabkan korban jiwa. Beberapa pesawat jenis Boeing 737-200 juga dikandangkan (grounded) setelah dilakukan inspeksi mendadak oleh Menteri Perhubungan Hatta Rajasa di Bandara Soekarno-Hatta lima hari setelah peristiwa tersebut.Sebelumnya pada 7 Juni 2005 Menteri Perhubungan telah sempat mengeluarkan SK No. 35 Tahun 2005 tentang pembatasan usia pesawat udara maksimum selama 35 tahun atau 70.000 kali pendaratan, namun aturan ini berlaku enam bulan kemudian atau Desember 2005.
Pada 12 Oktober 2006, KNKT menyatakan bahwa menurut hasil penyelidikan, Penerbangan 91 jatuh akibat kondisi flap dan slat (alat penambah daya angkat pesawat saat lepas landas) yang tidak turun serta prosedur check list peralatan yang tidak sesuai persyaratan.

 

(2007) Adam Air Penerbangan 574


Adam Air Penerbangan KI-574 adalah sebuah penerbangan domestik terjadwal Adam Air jurusan Surabaya-Manado, yang sebelum transit di Surabaya berasal dari Jakarta, yang hilang dalam penerbangan.Mengoreksi kekeliruan laporan sebelumnya, pesawat sampai saat ini masih berstatus hilang.. Kotak hitam ditemukan di kedalaman 2000 meter pada 28 Agustus 2007. Kecelakaan ini menewaskan seluruh penumpangnya yang berjumlah 96 penumpang dan 6 awak pesawat dan merupakan jumlah korban tewas terbesar dalam sejarah Boeing 737-400. Pada 25 Maret 2008, penyebab kecelakaan seperti yang diumumkan oleh Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) adalah cuaca buruk, kerusakan pada alat bantu navigasi Inertial Reference System (IRS) dan kegagalan kinerja pilot dalam menghadapi situasi darurat.

 

Pesawat

Pesawat terbang yang nahas tersebut, jenis Boeing 737-400 buatan tahun 1990 bernomor registrasi PK-KKW , telah mendapat evaluasi terakhir tanggal 25 Desember 2005, memiliki waktu terbang 45,371 jam dan telah digunakan oleh 8 maskapai penerbangan berbeda. Pihak Adam Air menyatakan bahwa pesawat masih bisa dipakai 12 tahun lagi.Pada kesempatan itu, KNKT juga mengemukakan, temuannya bahwa technical log (laporan pilot) dan laporan perawatan pesawat, Oktober-Desember 2006, terjadi 154 kali kerusakan terkait dengan IRS sebelah kiri pada pesawat itu.

  

 Kronologi terbang

Pesawat lepas landas pada pukul 12.55 WIB dari Bandara Juanda (SUB), Surabaya, Indonesia pada tanggal 1 Januari 2007. Seharusnya pesawat tiba di Bandara Sam Ratulangi (MDC), Manado pukul 16.14 WITA. Pesawat kemudian dilaporkan putus kontak dengan Pengatur lalu-lintas udara (ATC) Bandara Hasanuddin Makasar setelah kontak terakhir pada 14:53 WITA. Pada saat putus kontak, posisi pesawat berada pada jarak 85 mil laut barat laut Kota Makassar pada ketinggian 35.000 kaki.Pesawat ini membawa 96 orang penumpang. yang terdiri dari 85 dewasa, 7 anak-anak dan 4 bayi. Dipiloti oleh Kapten Refri A. Widodo dan co-pilot Yoga Susanto dan disertai pramugari Verawati Chatarina, Dina Oktarina, Nining Iriyani dan Ratih Sekar Sari.. Pesawat tersebut juga membawa 3 warga Amerika Serikat. Pada 25 Maret 2008, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengumumkan bahwa pilot terlibat dan menghadapi problem navigasi yakni sistem panduan navigasi. Ketika di ketinggian 35.000 kaki dan kru memutuskan IRS Mode selector unit No-2 (kanan) ke posisi mode ATT (attitude), auto pilot jadi mati. Akibatnya pesawat secara perlahan berbelok (roll) ke kanan hingga terdengar peringatan sistem arah pesawat (bank angle) karena miring ke kanan hingga melewati 35 derajat. Bahkan, data Digital Flight Data Recorder (DFDR) sesudah pesawat mencapai bank angle hingga 100 derajat dan posisi hidung pesawat menukik, pilot tak juga mengubah arah pesawat. Saat menukik, kecepatan pesawat mencapai 0,926 mach dan daya grativitasi tekanan pesawat berubah dari positif 3,5 g menjadi negatif 2,8 g. Menurut Dirjen Perhubungan Udara, Departemen Perhubungan, Budhi Muliawan Suyitno, situasi pesawat bergetar hebat sehingga struktur kendali pesawat rusak,dan pesawat kemudian menghantam air dengan badan pesawat yang telah hancur dan terbelah akibat kecepatan tinggi dan gaya gravitasi yang melebihi batas kemampuan badan pesawat.
  

  Pencarian dan evakuasi

Sistem pendeteksi sinyal darurat milik Singapura menginformasikan telah menerima sinyal darurat pesawat pada koordinat 3°13′92″LS,119°9′17″BT. Sinyal lokator suar darurat pesawat (ELBA) dari pesawat Adam Air kemudian juga diterima oleh radar Bandara Hasanuddin Makasar pada pukul 22:00 WITA tanggal 1 Januari 2007. Keesokan harinya sempat dikabarkan oleh instansi berwenang termasuk Menteri Perhubungan Hatta Rajasa dan Koordinator tim SAR Marsekal Udara Pertama Eddy Suyanto bahwa pesawat sudah ditemukan menabrak pegunungan di ketinggian 8.000 kaki di desa Rangoan, provinsi Sulawesi Barat, kurang lebih 250 km dari Makassar. Dari informasi tersebut juga dikabarkan bahwa sudah ditemukan sebanyak 90 korban tewas dan 12 orang lainnya belum ditemukan. Informasi penemuan ini pada malam harinya akhirnya diralat, setelah tim SAR tidak menemukan bangkai pesawat pada lokasi tersebut. Tim SAR akhirnya tertahan di Desa Bulo, Sulawesi Barat.Otoritas kemudian meminta maaf atas kesimpang-siuran.Tim pencari Indonesia yang menggunakan KRI Fatahillah, pesawat Boeing 737-200 dan GAF NOMAD, beberapa helikopter, serta kapal dan pesawat militer yang dilengkapi sonar, dibantu oleh Angkatan Udara Singapura (pesawat Fokker-50), kapal oseanografi Angkatan Laut Amerika Serikat USNS Mary Sears serta sebuah tim pemetaan dari Kanada. Pada 11 Januari horizontal stabilizer pesawat (salah satu bagian dari ekor pesawat) ditemukan seorang nelayan di selatan Pare-pare, sekitar 300km lepas pantai. Selain itu, di sekitar kawasan tersebut juga ditemukan barang-barang lainnya seperti kursi pesawat, jaket keselamatan dan KTP.Pada 24 Januari, Mary Sears melaporkan bahwa kotak hitam pesawat, yang terdiri dari perekam data penerbangan (flight data recorder; FDR) dan perekam suara kokpit (cockpit voice recorder; CVR) telah ditemukan di perairan Majene, Sulawesi Barat.Dari hasil temuan kapal USNS Mary Sears, KNKT telah melakukan pembahasan bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk menjajaki teknologi pengangkatan kotak hitam dari AS, Perancis dan Inggris. Investigator senior KNKT Bidang Engineering Srijanto mengatakan posisi kotak hitam (black box) pesawat yang hilang sejak awal tahun tersebut kini berada di kedalaman 2.000 meter di perairan Majene yang arusnya kencang.Pada 3 Februari 2007, semua keluarga korban mengikuti upacara tabur bunga di Perairan Majene dihadiri menteri perhubungan Hatta Rajasa, Kapolda Sulsel, Irjen Aryanto Boediharjo, Pangdam VII/Wirabuana, Mayjen TNI Arief Boedi Sampurno, Dan Lantamal VI, Laksamana Pertama TNI Gatot Sudijanto, Dan Lanud Hasanuddin, Marsma TNI Eddy Suyanto dan sejumlah pejabat Pemprov Sulsel dan Sulbar.Pada 27 Agustus, kotak hitam ditemukan di perairan Majene, Sulawesi Barat pada pukul 12.19 WIB. Selain perekam data penerbangan (flight data recorder; FDR) ini, juga ditemukan perekam suara kokpit (cockpit voice recorder; CVR) di kedalaman 2.000 meter.Kotak hitam yang ditemukan ini secara resmi diserahkan dari Phoenix International Amerika Serikat kepada Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) atas nama pemerintah Indonesia dan dibawa ke National Transportation Safety Board butuh waktu sebulan untuk menganalisis dan tiga bulan bisa diketahui.
Sekitar awal Agustus 2008, beredar kepada publik sebuah rekaman yang diklaim sebagai rekaman pembicaraan dalam kokpit Penerbangan 574,namun keaslian rekaman ini kemudian dibantah KNKT.

 

 (2011) Merpati Nusantara Airlines Penerbangan 8968


Merpati Nusantara Airlines Penerbangan 8968 adalah penerbangan operator Merpati Nusantara Airlines pada 7 Mei 2011 yang mengalami kecelakaan di laut, dekat Bandar Udara Utarom, Kabupaten Kaimana. Pesawat ini jatuh dari ketinggian 15.000 kaki, sekitar 400 meter sebelum landasan 19 bandar udara tersebut, diduga akibat cuaca buruk.

Kronologi kecelakaan

Pesawat lepas landas dari Bandar Udara Domine Eduard Osok, Kota Sorong, pukul 12.40 WIT menuju Bandar Udara Utarom, Kabupaten Kaimana.Ketika hendak mendarat, kota Kaimana dan sekitarnya sedang hujan deras, sehingga pesawat memutuskan berputar-putar (holding) di udara selama 15 menit sebelum mencoba kembali untuk mendarat. Pesawat kemudian diperkirakan jatuh pada pukul 14.05 WIT di sekitar 400 meter sebelum landasan 19 bandar udara tersebut, setelah sebelumnya kehilangan keseimbangan, yang pada akhirnya mengakibatkan pesawat tersebut terbelah dua dan tenggelam di Teluk Kaimana.Akibat kecelakaan ini, 25 orang dinyatakan tewas.

   

Kontroversi

Kecelakaan ini menimbulkan kontroversi di kalangan penerbangan. Banyak pihak, terutama pakar penerbangan mulai memperdebatkan kualitas pesawat Xian MA60, dan juga keputusan Merpati untuk membeli pesawat tersebut. Diduga, pembelian pesawat tersebut tidak sesuai prosedur yang berlaku. Banyak pihak menduga bahwa pengadaan pesawat tersebut dipenuhi unsur kolusi dan mark-up Banyak rumor menyatakan bahwa Merpati berencana menggrounded (menghentikan sementara penggunaan) armada MA60nya yang tersisa. Namun, isu ini dibantah Kementerian Perhubungan dan Kementerian BUMN.

 

Penyelidikan

Pada 9 Mei 2011, kedua kotak hitam pesawat naas tersebut (FDR dan CVR), berhasil ditemukan, Untuk analisis, FDR atau perekam data penerbangan dikirim ke China untuk dianalisis, Ini dikarenakan enkripsi (perlindungan) datanya menggunakan bahasa China . Sementara, perekam suara kokpit dianalisis oleh KNKT. Laporan awal penyelidikan perekam suara kokpit menemukan adanya indikasi spatial disorientation (disorientasi spasial)

 

(2011) Nusantara Buana Air Penerbangan 823


Nusantara Buana Air Penerbangan 823 merupakan sebuah penerbangan domestik terjadwal Nusantara Buana Air jurusan Medan ke Kutacane.Pesawat jatuh pada pukul 07.41 WIB. Pesawat diduga kehilangan keseimbangan dan kemudian jatuh ke gunung akibat cuaca buruk.Pada 1 Oktober 2011, seluruh penumpang dan awak yang berjumlah 18 orang tewas.Proses evakuasi korban pesawat Nusantara Buana Air Penerbangan 823 menggunakan helikopter yang sebelumnya tim penyelamat membuka lahan untuk membuat helipad, Selanjutnya para korban dibawa ke RS Adam Malik, Medan.

 

(2012) Sukhoi Superjet 100


Pesawat ini merupakan salah satu pesawat terbaru di Rusia dan merupakan pesawat penumpang Rusia pertama yang dikembangkan pasca bubarnya Uni Soviet. Pesawat ini ditujukan untuk menggantikan Tupolev Tu-134 dan Yakovlev Yak-42 peninggalan Soviet yang sudah tua dan sering mengalami kecelakaan. Di pasar global, Superjet 100 berkompetisi dengan seri pesawat regional Bombardier CRJ dan Embraer E-Jets serta Antonov An-148. Proyek Superjet 100 didukung sepenuhnya oleh pemerintah Rusia dan dikatakan sebagai salah satu proyek nasional terpenting. Sukhoi Superjet 100 pertama kali mengudara pada 2011. Pengguna pertamanya adalah maskapai penerbangan nasional Armenia, Armavia, yang membeli sebanyak 4 unit. Aeroflot, maskapai penerbangan nasional Rusia memesan sebanyak 50 unit, tiga diantaranya sudah masuk dinas. Di Indonesia, pesawat ini telah dipesan Kartika Airlines sebanyak 15 unit, dan Sky Aviation, juga sebanyak 15 unit. Mesin SaM146, dikembangkan oleh Powerjet, sebuah joint venture antara NPO Saturn Rusia dan Snecma Perancis.Pesawat ini mulai diproduksi pada tahun 2007. Hingga saat ini jumlah produksinya adalah 6. Perancangannya dimulai mulai tahun 2000 oleh Sukhoi dengan dukungan perusahaan kedirgantaraan Barat seperti Boeing sebagai konsultan proyek, Alenia Aeronautica sebagai partner strategis. Snecma sebagai risk-sharing partner, dan berbagai perusahaan lainnya seperti Thales sebagai penyedia paket avionik. Pesawat ini telah disertifikasi laik terbang oleh Komite Penerbangan Antarnegara pada 3 Februari 2011 dan diharapkan sertifikasi Uni Eropa segera menyusul

 

Kecelakaan 

Pada Rabu, 9 Mei 2012, sebuah pesawat Sukhoi Superjet 100 dengan nomor penerbangan RA36801, melakukan demonstrasi penerbangan atau joyflight yang diseleggarakan oleh PT Trimarga Rekatama. Pesawat Sukhoi Superjet 100 ini berangkat dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta pada pukul 14.12 WIB dengan mengangkut 45 orang. Delapan orang di antaranya merupakan awak pesawat warga Rusia. Penumpang lainnya dari media massa dan utusan perusahaan di bidang penerbangan di Indonesia.
Tak lama kemudian, pesawat ini menghilang dari layar radar di ketinggian 1.900 meter (6.200 kaki) pada koordinat 06° 43' 08" Lintang Selatan dan 106° 43' 15" Bujur Timur. Koordinat ini diperkirakan di sekitar Cidahu Gunung Salak, Jawa Barat Tanggal 10 Mei 2012, serpihan Sukhoi Superjet 100, terlihat di tebing di Gunung Salak. Diduga pesawat Sukhoi Superjet 100 ini menabrak tebing batu di Gunung Salak dan diperkirakan tidak ada korban yang selamat. Jumlah penumpang yang meninggal dalam Sukhoi Superjet 100 itu adalah 45 penumpang .

 

Semoga kecelakaan pesawat penumpang di indonesia tidak akan pernah terjadi lagi di indonesia..semoga para penumpang dan pramugari/pilot diberikan jalan yang terbaik dari allah swt..dan untuk keluarga yang di tinggalkan di beri ketabahan untuk menghadapi semua insiden ini..

No comments: