RABU (9/5), Air Traffic Control (ATC) Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng tiba-tiba kehilangan kontak Pesawat Sukhoi Superjet 100 yang tengah mengudara. Pesawat berjenis 'pesawat penumpang' milik Rusia yang tengah melakukan uji kelaikan (joy flight) ini, lepas landas dari Landasan Udara Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, sekitar pukul 15.00 WIB. Namun, saat berada pada kawasan sekitar Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat pesawat
dinyatakan lost contact pada ketinggian dari 10.000 kaki - 6.000 kaki.
Pesawat yang dikatakan oleh PT Trimarga kala itu tengah mengangkut 47 orang (8 kru dari Rusia, 37 WNI yang ikut uji coba dan 2 WNA-red) ini, pada pagi harinya, Kamis (10/5), ditemukan oleh Tim Badan SAR Nasional (Basarnas) yang melakukan pencarian melalui udara.
Memang seperti yang diprediksi sebelumnya, pesawat mengalami kecelakaan.
Dinahkodai penerbang senior Aleksandr Yablontsev dan kopilot Aleksandr Kochetkov, dari dalam pesawat sempat menginformasikan ke ATC Bandara Soekarno-Hatta, bahwa pesawat akan turun dari ketinggian 10.000 kaki ke 6.000 kaki. Namun naas, sebelum informasi ini dibalas, pesawat yang saat itu berada dalam kecepatan 800 km/jam, menabrak tebing Puncak I, Gunung Salak.
Juru Bicara Badan SAR Nasional (Basarnas), Gagah Prakoso mengatakan. "Dia (pilot-red) hanya report ke ATC ke 6.000. Belum dijawab oleh tower, dia menabrak, sebelum dia jawab sudah menghilang," kata dia di Jakarta, Kamis (10/5).
Sukhoi SJ 100
Sukhoi Superjet 100 dirancang sejak tahun 2000, merupakan pesawat penumpang pertama sejak keruntuhan Uni Soviet, juga merupakan pesawat sipil pertama buatan Sukhoi yang terkenal dengan jet tempurnya.
Sejumlah pihak asing yang mengerjakan SSJ 100 ini di antaranya adalah perusahaan asal Italia, Finnmeccanica, yang menjadi investor terbesar, perusahaan asal Prancis, Snecma, untuk mesin, dan perusahaan Thales untuk perangkat avionik. Selain itu firma asal Jerman, Liebherr, juga turut dalam pengerjaan sistem pengendalian dan sistem penunjang kehidupan pesawat Superjet 100.
SSJ 100 melakukan terbang perdananya pada 2008 dan mendapat sertifikasi untuk beroperasi di Rusia pada 2011 dan di Uni Eropa pada Februari 2012. Mesin ganda SSJ 100 yang bisa memuat 100 penumpang memiliki kecepatan jelajah 828 kilometer per jam, dengan jarak jelajah maksimum antara 3.000 hingga 4.500 kilometer.
SSJ 100 terjual secara lambat, namun berkesinambungan. Sejauh ini, tidak ada satu pun maskapai yang menghentikan pengoperasian SSJ 100 setelah terjadinya kecelakaan pesawat, hingga akhirnya mengalami kecelakaan di Indonesia. Sebelum kecelakaan terjadi, Sukhoi mendapat pesanan SSJ 100 sebanyak 100 unit, termasuk dari maskapai Rusia, Transaero.
Pada 2008 SSJ 100 melakukan terbang perdananya dan mendapat sertifikasi untuk beroperasi di Rusia pada 2011 dan di Uni Eropa pada Februari 2012. Mesin ganda SSJ 100 yang bisa memuat 100 penumpang memiliki kecepatan jelajah 828 kilometer per jam, dengan jarak jelajah maksimum antara 3.000 hingga 4.500 kilometer.
Gunung Salak
Gunung salak, yang berada di wilayah Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat memang terkenal indah dan cantik. Gunung setinggi 2.221 meter ini bahkan mengundang decak kagum banyak pecinta alam. Namun, sederet kecelakaan juga kerap terjadi dibalik gunung nan cantik ini.
Diantaranya seperti, yang terjadi pada tahun 29 Oktober 2003. Helikopter Sikorsky S-58 jenis Twinpac buatan Amerika (1970), milik TNI Angkatan Udara jatuh di areal kebun kacang dan tanaman singkong di kaki Gunung Salak. Tujuh anggota TNI AU tewas.
Pesawat Cessna 185 Skywagon yang jatuh di Danau Lido, Cijeruk, Bogor, pada 20 Juni 2004. Atlet terjun payung bernama Edy Cristiono tewas dalam peristiwa itu.
Pesawat Cassa TNI AU A212-200 jatuh di kawasan Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, yang merenggut nyawa 18 Penumpangnya, pada 26 Juni 2008.
Dan kemudian, sebelum SSJ 100, adalah Heli Puma milik TNI AU yang jatuh pada 12 Juni 2009, di kawasan Lanud Atang Sendjaja, Bogor. Dalam kecelakaan tersebut, 2 tentara mekanik tewas, sedangkan pilot Mayor (pnb) Sobic Fanani dan kopilot Lettu Wisnu, serta tiga anggota TNI lainnya mengalami luka.
Atas kecelakaan yang dialami pesawat buatan negaranya dan merenggut korban sebagian warga negara Indonesia ini, Presiden Rusia Vladimir Putin mengucapkan duka yang mendalam seraya menawarkan kerjasama. Ia berjanji akan memberi bantuan pada pihak Indonesia untuk proses identifikasi forensik korban dan reruntuhan pesawat.
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono yang tengah mengunjungi sanak keluarga korban di Halim Perdanakusuma, Kamis (10/5) mengatakan, pengumpulan puing, hingga analisa penyebab kecelakaan akan dilakukan bersama-sama. Seraya menjabat tangan lekat-lekat pada tiap keluarga korban yang tengah berduka. Tragedi Sukhoi, tragedi Indonesia
disarikan dari berbagai sumber*
(
Tiko Septianto / CN32 )
No comments:
Post a Comment